Friday, October 24, 2008

Sok Belajar Serius

Altenatif Investasi Mendulang Untung

Aduhh…!!Seiring dengan raihan tangan di kening. Begitu ekspresi salah satu broker di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang diprediksi harga sahamnya anjlok. Agar tidak merugi, saatnya melirik investasi lain.

Sudah 20 hari berlalu (1/10). Saat itu BEI gempar. Harga saham IHSG meluncur deras, sampai menyentuh angka 1.592, terendah selama 2008. Investor panik. Salah satu penyebabnya adalah turunnya harga saham Lehman Brother di Bursa Amerika. Amerika krisis, menyebabkan bursa saham dunia terkoreksi. E-monitoring Bapepam mencacat, investasi senilai 10 triliun lebih ditarik dari BEI. Jumlah ini jadi redemption terbesar sejak 2005 lalu.

Ngga cuma krisis di Amerika, kondisi pasarpun cenderung jenuh. Ada harga saham yang terlampau mahal. Ditambah adanya penurunan indeks sampai 43%. Yang menyebabkan pasar BEI anjlok lebih kepada faktor psikologis daripada faktor fundamental.

Kondisi seperti ini oleh banyak analis pasar menjadi peluang tersendiri. Saat harga saham mencapai titik terendah, saatnya investor memasukkan uangnya kembali. Terlebih fundamental ekonomi Indonesia sangat baik. “Krisis di Amerika hanya siklus dan segara pulih”, ujar Pardomuan Sihombing, analis Paramitra Alfa Sekutiras. Ia menambahkan, sampai akhir tahun indeks akan membaik, mencapai level 2.200-2.300.

Hal serupa diamini Ahmad Subagja, Direktur Lautandhana Investment Managament. “Pasar akan pulih dan akan kembali menyentuh level 2.200” ujurnya tegas. Lain hanya dengan Anjar Widodo, analis Mega Capital, yang menyarankan investor untuk meraih saham perbankan dan infrastruktur. Khusus untuk perkebunan sebaiknya dihindari dulu, karena harga CPO terkoreksi 50%, hanya tinggal US$ 600 per ton.

Saham yang sudah cenderung membaik, menjadikan Investor tidak perlu panik. Terlebih, pemerintah melalui Bank Indonesia (BI) telah menaikan jaminan investasi, dari Rp. 100 juta menjadi Rp. 2 Milyar. Jadi tidak ada alasan lagi untuk menarik investasi dalam jumlah besar.

Nah, saham sudah ditangan. Tidak inginkan Anda untuk menilik keranjang investasi lain. Ada banyak lho. Namun tidak sePOPULAR saham, tapi tetap menjanjikan keuntungan. Berikut ragam investasi beserta pandangan dari para pelaku pasar.

REKSADANA

Serupa dengan saham, resadana-pun mengalami penurunan. Dari Rp. 96 triliyun pada mei lalu, saat ini menyentuh angka Rp. 82 triliyun. Kerugian rata-rata di tahun ini diperkirakan 25%, campuran 15%, pendapatan tetap untung tipis 3%, dan pasar uang untung 9%. Perkiraan ini datang dari Wawan Hendrayana, analis dari Infovesta. “Sejarah mencatat, bila indeks pernah mencapai titik tertentu, maka suatu saat titik tersebut akan tercapai kembali”, begitu dia menambahkan.

Saran yang disampaikan oleh Wawan juga penting untuk Anda. Jika menjadi calon investor di keranjang ini, tentukan terlebih dulu tujuannya. Untuk tujuan jangka pendek (dibawah satu tahun) lebih mengarahkan ke reksadana pasar uang. Dan bentuk reksadana saham cocok untuk investasi jangka panjang—lebih dari lima tahun. Paling ideal menurutnya, 80% saham dan sisanya pasar uang atau terproteksi.

DEPOSITO
Banyak bank yang mengkatrol suku bunga simpanan. Ini akibat dari kebijakan pengetatan likuiditas dari pemerintah. Bahkan ada yang mencapai 14%, lebih tinggi dari bunga penjaminan LPS yang 9.25%. Nah, keranjang deposito jadi lahan investasi yang menguntungkan, apalagi dengan horizon investasi jangka pendek. “Terutama disaat pasar sedang bergejolak seperti sekarang,” ujar Ahmad Subagja, Direktur Lautandhana Investment Management.

Tawaran bunga tinggi tidak lantas menjadikan calon investor gegebah. Sebaiknya pilih bank dengan kredibilitas baik. Bank dengan modal besar sangat disarankan bagi investor yang ingin menyimpan uangnya

OBLIGASI
Kondisi perekomonian sekarang, dengan tingkat volatilitas tinggi, surat utang bertitile obligasi sangat ideal untuk investasi Anda. Salah satu pengamat dari Danareksa Sekuritas, Budi Susanto menyarankan para investor ritel untuk melirik ORI (Obligasi Ritel Indonesia). Dan untuk institusi, oblogasi perusahaan bisa dijadikan prioritas.

Lima seri ORI telah resmi beredar di pasar. Namun sayang untuk seri ORI 005 sepi peminat, seperti seri sebelumnya. Sepinya obligasi didasarkan atas jangka waktu jatuh tempo yang lebih lama dibandingkan deposito. Terlebih dengan kenaikan bunga deposito itu sendiri.

Dibandingkan seri sebelumnya , ORI 005 lebih menarik. Bahkan dengan deposito sekalipun. Harga yang 96.6% dengan 0 sekitar 12.4% jadi faktor utama. “Memang saat ini perbankan menawarkan suku bunga deposito di atas 12%. Namun itu tidak berangsur lama, karena bank tidak akan sanggup bertahan dengan beban yang membengkak”, ujar Budi.

VALAS
Nilai mata uang melemah. Ini banyak terjadi di berbagai negara, termasuk Indonesia. Tercatat nilai rupiah sempat menembus batas psikologis Rp.9.500 per dollar.

Bagi David Sumual, investor yang ingin berinvestasi di valas harus mempertimbangkan kondisi ekomoni makro, kondisi politik, juga suku bunga yang berlaku di suatu negara. “Dollar Amerika merupakan instrument paling menarik. Membaiknya ekonomi AS akan mendorong dana dari luar Amerika masuk kembali. Akibatnya US$ akan menguat,” ujar David yang juga analis valas BCA.

Dollar Australia juga jadi alternatif. Terlebih dengan suku bunga 7.5%. Selain dua mata uang ini masih terdapat mata uang India, yang tak kalah menjanjikan. Ruppe memberi yield besar, sekitar 13%.

Analis lain, Sofian Sahori beranggapan bahwa euro dan poundsterlling jadi investasi yang menjanjikan untuk jangka pendek. Untuk jangka panjang analis valas Realtime Forex Futures ini beranggapan dollar lebih menarik. Dalam jangka pendek, yang saat ini dipatok 1.43 per dollar berpeluang menuju 1.46-1.47 per-dollar.
[dari berbagai sumber]