St. Moritz Super Blok Pertama di Indonesia
Jakarta - Kawasan pemukiman makin sulit dicari. Lahan semakin terbatas. Bangunan vertikal menjadi solusi. Super blok sempat jadi tren bangunan tinggi di Jakarta. Kini hadir "Global City".
Penduduk Jakarta sudah awam dengan kemacetan. Semua orang berkendara menuju ke tempat aktivitasnya masing-masing. Sedangkan pertumbuhan badan jalan dan jumlah kendaraan tidak seimbang. Apartemen pusat kota berlabel super blok acapkali didengungkan sebagai salah satu cara mengatasi kemacetan. Namun kini tren telah bergeser. Global City menjadi tren baru pengganti super blok.
Demikian pemaparan Michael Riyadi, CEO St. Moritz, hari ini, di Jakarta. Lebih lanjut Michael mengatakan, global city merupakan satu kawasan dengan beragam fasilitas. Tidak seperti superblok yang memisahkan antara area tinggal dan perkantoran. Global city menyatukan keduanya. Tempat tinggal dan area perkantoran ada di satu kawasan. "Penghuni tidak perlu berkendara untuk menjalankan aktivitasnya. Cukup berjalan kaki karena semua lokasi berdekatan. Tidak perlu berkendara", begitu imbuhnya.
Salah satu konsep global city yang dihadirkan di Jakarta adalah St. Moritz. Terletak di kawasan Central Business District (CBD) Jakarta Barat, St. Moritz berdiri dengan menghabiskan dana 11 triliun rupiah. Dengan luas mencapai satu juta meter persegi, bangunan ini dapat diakses melalui tol secara langsung.
"St. Moritz telah memenuhi konsep global city karena telah memenuhi semua kriteria. Tiga syarat satu kawasan menjadi global city adalah infrastruktur tol, terletak di persimpangan dan kemudahan akses", ujar Budi S. Gozali, Director St. Moritz. Dia menambahkan, St. Moritz diharapkan menjadi global city dunia seperti London, New York, Hongkong ataupun Singapura. (whery)
Tuesday, August 18, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment